Sabtu, 24 Oktober 2015

Kebakaran Hutan, Salah Siapa?

          Headline berita di Indonesia beberapa bulan terakhir ini selalu mengangkat isu tentang kebakaran hutan yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hutan, baik hutan hujan tropis, musim, savana dan lain sebagainya. Hutan yang memiliki fungsi asli sebagai penghasil oksigen, penyerapan air tanah, dan habitat asli hewan liar ini kini beralih fungsi menjadi lahan tandus yang siap dijadikan perkebunan kelapa sawit. Hutan yang tersebar di seluruh Indonesia ini satu demi satu dibakar demi kepentingan pribadi para pengusaha keji yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki hati nurani. Ya, meskipun saya tahu bahwa penyebab kebakaran hutan yang terjadi bukan hanya salah pengusaha nakal tersebut, tetapi tetap saja dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembakaran hutan secara sengaja itu sangat merugikan banyak pihak. Sebenarnya kebakaran hutan selalu terjadi di Indonesia setiap tahunnya, namun, kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2015 ini mungkin menjadi kebakaran hutan terparah sepanjang sejarah kebakaran hutan di Indonesia. Indonesia sedang mengalami El Nino, keadaan di mana musim kemarau yang berkepanjangan. Selain kebakaran hutan yang disebabkan oleh para pengusaha nakal tersebut, Tejadinya El Nino juga menjadi salah satu penyebab lahan gambut mudah terbakar sehingga kebakaran hutan pun kian meluas. 

 


 





          Kebakaran hutan yang terjadi di beberapa provinsi Indonesia seperti Riau, Pekanbaru dan Kalimantan Tengah, Palangkaraya menjadi sorotan banyak pihak. Kebakaran hutan yang terjadi di dua provinsi tersebut menimbulkan kabut asap yang sangat berbahaya bagi saluran pernapasan manusia. Kabut asap yang timbul ini tidak hanya berdampak pada daerah tersebut saja, melainkan juga berdampak pada daerah lain seperti Jambi, Palembang, dan daerah terdekat kota tersebut. Salah satu akibat yang terjadi dari tebalnya kabut asap yang timbul, segala aktivitas masyarakat pun ikut terganggu, bahkan ada pula sekolah yang menghentikan kegiatan belajar mengajar selama sebulan karena kabut asap. Bahkan tak sedikit pun korban yang meninggal, baik, anak-anak maupun orang dewasa karena terjangkit infeksi saluran pernapasan.
          Lalu siapa kah yang bersalah dalam kasus ini? para pengusaha keji itu kah, atau mungkin presiden kita yang tidak cepat tanggap dalam mengatasi masalah kebakaran hutan ini?.
Sejujurnya tanpa diajukan pertanyaan seperti itu pun, kita sudah bisa menjawabnya. Tetapi, tidak untuk para masyarakat yang masih memiliki pemikiran kolot, yang selalu menyalahkan "pemimpinnya". Sudah jelas kebakaran hutan yang disengaja tersebut adalah salah para pengusaha keji yang hanya ingin meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dari hasil kebakaran hutan tersebut, tetapi tetap saja segelintir masyarakat masih bersih teguh menyalahkan presiden atas  musibah ini.
          Mungkin apabila kalian membaca postingan ini kalian berasumsi kalau saya adalah pendukung fanatik presiden, entah kalian menyebut saya apa, yang jelas saya kurang sependapat dengan masyarakat yang hanya bisa menyalahkan presidennya. Mereka menghujat dan mencaci maki presiden seolah-olah presiden kita lah biang keladi yang membakar hutan tersebut. Bukan kah kita semua tahu bahwa presiden kita tidak terlibat apa pun dalam masalah ini?. Disaat masyarakat Indonesia menghujat dan mencaci maki presiden atas kinerjanya yang tidak memuaskan, tanpa mereka sadari, presiden kita telah memberi penjelasan dan memberi perintah bawahannya untuk segera gerak cepat dalam proses penanganan kebakaran hutan terebut, bahkan presiden kita pun pernah terjun langsung ke lokasi hutan yang terbakar. Tetapi lagi-lagi, yang mereka lihat hanyalah sebuah pencitraan yang dilakukan oleh seorang presiden. Saya heran, bukan kah presiden kita hanya manusia biasa? Tetapi mengapa mereka berpikir seolah-olah presiden itu Tuhan?.
          Dari pada terus menyalahkan presiden atas musibah yang terjadi, lebih baik kita mendukung usaha presiden dan pemerintah dalam mengusut dan menangani kasus tersebut. Kita dukung usaha para pemimpin kita dalam mengusut siapa "aktor" dibalik kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia, dan menuntut sanksi tegas jika para "aktor" tersebut berhasil ditangkap. Jika kita tidak bisa turun tangan langsung dalam membantu para korban kabut asap tersebut, kita bisa membantunya baik secara material mau pun hanya sekedar mendoakan keselamatan mereka. Mari berhenti menjadi masyarakat bodoh yang  memiliki pemikiran kolot dan mudah terprovokasi, mari berhenti menjadi orang yang egois, yang hanya bisa menyalahkan kinerja presiden dan jajarannya.

Autisme Bukan Penyakit Jiwa

Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Oleh karena itu tidak heran jika anak yang mengidap autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku.
Karakteristik yang menonjol pada seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun memahami emosi serta perasaan orang lain. Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian dari Kelainan Spektrum Autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD) dan juga merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung Gangguan Perkembangan Pervasif atau Pervasive Development Disorder (PDD). Autisme bukanlah penyakit kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang autisme.
Gejala-gejala autisme dapat muncul pada anak mulai dari usia tiga puluh bulan sejak kelahiran hingga usia maksimal tiga tahun. Penderita autisme juga dapat mengalami masalah dalam belajar, komunikasi, dan bahasa. Seseorang dikatakan menderita autisme apabila mengalami satu atau lebih dari karakteristik berikut: kesulitan dalam berinteraksi sosial secara kualitatif, kesulitan dalam berkomunikasi secara kualitatif, menunjukkan perilaku yang repetitif, dan mengalami perkembangan yang terlambat atau tidak normal.
            Berikut merupakan ciri-ciri anak pengidap autisme dari berbagai bidang:
·        Komunikasi
-         Berbicara namun sangat terbatas,
-         Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada,
-         Kesulitan mengekspresikan keinginan dan kebutuhan dasar,
-         Kurang dapat menyusun kosa kata,
-         Mengulangi apa yang dikatakan (echolalia),
-        Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa,
-         Kesulitan menjawab pertanyaan.
·        Keterampilan sosial
-         Kontak mata buruk dengan orang atau benda,
-         Terlalu fokus pada suatu topik atau benda yang menarik perhatian mereka,
-         Menangis, marah, bahkan tertawa tanpa alasan yang diketahui,
-         Menyukai sentuhan dan pelukan.
·        Reaksi terhadap lingkungan sekitar
-        Gerakan tangan goyang, mengepakkan atau bergerak tanpa disadari,
-         Tidak memerhatikan hal-hal yang didengar atau dilihat,
-         Tidak takut terhadap bahaya nyata,
-        Kesulitan makan (hanya menerima makanan yang dipilih dan menolak makanan dengan tekstur tertentu),
-         Kesulitan tidur.
Di antara gangguan-gangguan yang terjadi pada anak pengidap autisme, kesulitan dalam bidang komunikasi merupakan kesulitan mendasar yang sangat berpengaruh dalam kehidupan anak yang mengidap autisme. Dikutip dari http://psikologiforensik.com/2013/08/27/perilaku-komunikasi-anak-dengan-autisme/ dalam perkembangan komunikasi, usaha awal memahami informasi dari lingkungan dimulai dengan informasi sensoris (rasa, sentuh, bau, lihat, dengar). Dalam tahapan awal komunikasi anak belajar mengembangkan keahlian awal komunikasi (precursor skills), yaitu: fokus dan atensi, pemusatan perhatian bersama (joint attention), menunjuk dan penggunaan gerak tubuh (gestural).
  1. Atensi: kemampuan fokus pada detail tertentu dan mengabaikan bagian lainnya, contohnya: anak akan fokus pada wajah ibunya di antara wajah-wajah orang lain dalam suatu kerumunan.
  2. Pemusatan perhatian bersama: fokus bersama-sama dengan orang lain atas suatu obyek atau aktivitas. Hal ini dilakukan dengan mengamati gerak tatapan mata orang lain yang mengikuti suatu obyek. Contohnya: ketika anak bermain kucing peliharaan bersama orang tuanya, mata keduanya akan bergerak bersama mengikuti gerak kucing tersebut. Dari kemampuan pemusatan perhatian bersama inilah anak dapat mengembangkan kemampuan belajar mengamati orang lain.
  3. Gerak tubuh: gerak tubuh banyak digunakan manusia untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya. Contohnya: anak akan menunjuk mainan yang diinginkannya yang berasa di atas lemari dan tidak dapat dijangkaunya, hal ini dilakukan agar orang tua mau mengambilkannya.
Ketiga hal ini menjadi bagian dasar penyusun kemampuan komunikasi, karena dari ketiga proses ini anak mulai memahami informasi dari dunianya, serta juga memahami bahwa perspektif orang lain dapat berbeda dari apa yang mereka miliki. Selanjutnya, anak akan mengembangkan kemampuan komunikasi yang lebih kompleks seperti: meminta bantuan, negosiasi, memberikan komentar, serta komunikasi sosial.
Berbeda dengan anak normal lainnya, pada anak pengidap autisme, kekhasan perkembangan yang biasanya muncul adalah terlambatnya atau munculnya persoalan dalam perkembangan komunikasi. Hal ini terjadi karena lemahnya proses belajar imitasi atau meniru dari orang lain. Bahasa pada umumnya dipelajari anak dari meniru orang dewasa di sekitarnya. Karena sulit atau tidak bisa meniru maka perkembangan bahasa dan bicaranya menjadi kurang optimal.
Anak dengan autisme juga akan menunjukkan kesulitan untuk mengembangkan percakapan interaktif. Hal ini terjadi karena gejala autisme membuat mereka kesulitan memahami dan memprediksi pikiran dan perasaan orang lain. Mereka menganggap suatu usaha diadik (dyadic) atau proses berganti mendengarkan dan menjelaskan adalah sangat sulit dilakukan. Mereka tidak tahu mana yang harus fokus didengarkan dan bagaimana cara merespon balik pembicaraan rekan bicaranya.



Jumat, 16 Oktober 2015

Don’t Ever Falling in Love with People You Just Met

          Mungkin menurut kalian ini merupakan tulisan yang terlalu berlebihan dan tekesan konyol. Apa pun komentar kalian tentang tulisan gue ini, gue gak peduli. Gue cuma ingin menceritakan dan berbagi apa yang telah terjadi di kehidupan gue pada tahun 2015 ini. Tulisan ini bercerita tentang pengalaman pribadi gue, dan tulisan ini tidak bermaksud untuk menyudutkan siapa pun.
          Hari itu merupakan hari pertama di tahun baru. Ya, hari itu tepat tanggal 01 Januari 2015. Hari di mana pertama kali gue mengenal seorang laki-laki yang belum pernah gue kenal sebelumnya. Laki-laki itu bernama AF, laki-laki kelahiran 18 Januari 1996 ini berasal dari Palembang yang sedang menetap di Yogyakarta. Gue baru sekali bertemu dan mengobrol langsung dengannya. Singkat cerita, gue dekat dan menjalin hubungan dengannya. Entah hubungan itu hanya sekadar teman, sahabat atau pasangan kekasih. gue sadar hubungan yang sedang kami jalani adalah hubungan tanpa status. Tetapi siapa peduli dengan sebuah status? selagi kami saling nyaman satu sama lain, gue pikir kami tidak perlu status dalam hubungan ini. 
          Hampir setiap hari kami menghubungi satu sama lain, baik melalui telefon atau sekedar mengirim pesan singkat. Kami selalu menanyakan kabar satu sama lain dan menceritakan bagaimana hari-hari kami berjalan setiap hari. AF merupakan laki-laki pertama yang bisa buat gue jatuh cinta karena sikap yang dia tunjukkan ke gue benar-benar manis. Dia seakan-akan tahu bagaimana seharusnya bersikap dengan seorang perempuan. Walaupun kita tinggal di provinsi yang berbeda, dia tetap memerhatikanku, menjadi penyemangatku dan juga menjadi pendengar yang baik. Hubungan kami berjalan lancar dan tidak ada yang aneh selama itu. Hingga akhirnya, dia mulai menunjukkan perubahan sikapnya ke gue. 
          Tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya, dia menghilang beberapa hari tanpa kabar. Telefon gue tidak dijawab, bahkan pesan singkat gue pun tidak dibalas olehnya. Gue merasa gelisah dan bertanya-tanya "Apa gue melakuan kesalahan?". Gue berusaha berpikiran positif dan menganggap bahwa dia sedang sibuk dengan urusannya di sana. Disaat gue sadar akan perubahan sikapnya, disaat itu juga gue sadar kalau gue benar-benar mencintainy. Gue bagaikan orang yang kehilangan arah, gue sangat takut kehilangannya, dan gue takut dia tidak bisa menemani gue lagi. Bersyukur akhirnya dia mengabari gue, dia memberitahu bahwa dia sedang sibuk dengan urusannya dan dia juga meminta untuk tidak berpikiran negatif padanya. Tentu saja gue percaya dengan laki-laki ini. Tetapi mulai dari itu, gue mulai merasa bingung dan menanyakan apa status hubungan kami sebenarnya?. 
         Jika memang hubungan kami hanya sebatas teman atau sahabat, tidak seharusnya gue menunjukkan sikap berlebihan seperti itu, sikap yang gue tunjukkan padanya itu layaknya sikap seorang kekasih yang sedang khawatir akan pasangannya. Hingga puncaknya pada tanggal 01 Februari 2015, gue tidak mengenal lagi seorang laki-laki yang dulu gue kenal. Tidak ada lagi AF yang baik, perhatian dan penyanyang. Yang gue lihat hanyalah AF yang cuek dan ketus dalam berbicara. Gue menyusun sebuah pertanyaan yang akan gue tanyakan padanya, gue memutuskan untuk menanyakan status hubungan kami sebenarnya. Ketika semua pertanyaan tersebut telah siap disusun, gue mencoba untuk menelfonnya. 
          Telefon pertama tidak dijawab, telefon kedua pun tidak dijawab. Hampir putus asa gue dibuatnya, lalu gue memutuskan untuk mengirim pesan singkat yang kira-kira seperti ini isinya.
IR: "Ada hal yang mau aku mau omongin sama kamu, tolong jawab telefonku sekali ini saja".
setelah pesan itu terkirim, beberapa menit kemudian aku mencoba untuk menelfonnya lagi. kalian tentu bisa menebaknya, bukan?
betul! AF menjawab telefon  gue dan dengan ketusnya dia menjawab telefon itu. kira-kira beginilah isi pembicaraanku dengan dia.

AF  : kenapa?
IR   : kamu ke mana, kok telefonku gak dijawab?
AF  : lagi tidur, kamu mau ngomong apa? (dengan ketusnya dia bertanya)
IR   : oke, aku mau ngomong sesuatu, dan tolong didengar baik-baik
AF  : yaudah
IR   : Ky, aku mau nanya. sebenernya hubungan kita ini apa sih? udah sebulan kita deket dan aku masih gak ngerti kita ini teman, sahabat, pacar, atau apa?
AF  : (hanya diam)
IR   : aku gak tahan kalo harus kaya gini terus, aku capek kalo harus berjuang sendirian...(disaat aku sedang melanjutkan omonganku tiba-tiba AF memotong dan berkata)
AF  : tapi aku udah punya pacar Na
IR   : hah? apa?
AF  : iya, aku udah punya pacar dan udah hampir dua tahun juga
IR   : lah terus selama ini kita apa Ky?
        kamu perhatian banget sama aku dan manggil aku sayang, maksudnya apa?
AF  : ya gak tau Na (dengan nada datar)

          Jika kalian berada di posisi gue saat itu, apa yang akan kalian lakukan?
marah, nangis, teriak, atau mencaci maki?
Jujur saja, hal yang saat itu bisa gue lakukan adalah menahan nangis, dan berusaha melawan sesak napas yang tiba-tiba datang. Itu pertama kalinya gue merasakan sakit hati yang rasanya benar-benar sakit. Ingin rasaya gue memaki diri sendiri dan menyalahkan keadaan. Bagaimana bisa gue jatuh cinta dengan seorang laki-laki yang sudah menjalin hubungan dengan perempuan lain dan sudah berjalan hampir dua tahun?. Hal pertama yang terlintas di pikiran gue adalah "kenapa ada orang sejahat ini?". 
          Telefon pun terputus tanpa ada permohonan maaf yang terucap dari mulutnya. Dia bertindak seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa pun dan tidak pernah terjadi apa-apa antara kami berdua. Ya mungkin ini kesalahan gue, tidak seharusnya gue jatuh cinta dan dengan mudahnya percaya dengan laki-laki yang baru gue kenal. Genap sebulan kami menjalin hubungan tanpa status itu. Setelah kejadian paling menyakitkan dalam hidup gue itu terjadi, kami memutuskan untuk berhenti menghubungi satu sama lain. Tidak ada lagi pesan singkat dan telefon manis yang selalu menghiasi hari-hari gue. Semuanya berubah dengan kembalinya aku ke kehidupan gue yang datar. Gue selalu bertanya-tanya "Kenapa ya dia tega berbuat seperti itu?" "Kenapa dia tidak merasa bersalah sama sekali?" "Apa mungkin dari awal dia hanya menganggap gue sebagai teman biasa?". Segala pertanyaan bodoh selalu terlintas di pikiran gue setiap saat. Berbulan-bulan gue mencoba untuk melupakan dan memaafkannya, tetapi tetap saja semua perlakuan manis yang telah dia lakukan ke gue menghancurkan semuanya. Rasa sayang dan kangen itu masih kuat terasa, bukankah itu hal yang normal, kalau gue gak bisa melupakan seseorang yang gue cintai?. Gue bertanya-tanya akan keberadaannya sekarang, hingga akhirnya gue tahu di mana dia sekarang dan bagaimana kabarnya, setelah gue berteman dengannya di  Facebook
          Tepat di bulan kelima kami putus hubungan, gue berkomitmen pada diri gue sendiri. Gue memutuskan untuk memaafkan diri gue sendiri, karena bagaimana pun gue tidak sepenuhnya bersalah dalam masalah ini. gue juga memutuskan untuk melupakan setiap hal yang berkaitan dengannya dan berhenti berharap suatu saat dia akan sadar akan kesalahannya dan meminta maaf ke gue. Dari masalah ini gue banyak mengambil pelajaran, diantaranya gue belajar untuk menjadi perempuan yang lebih kuat dan dewasa, perempuan yang tidak mudah percaya dengan laki-laki yang baru dikenal, dan perempuan yang tidak mudah bawa perasaan apabila ada laki-laki yang bersikap baik dan ramah.
          Untuk AF yang dulu sempat menjadi seseorang yang sangat berarti buat gue, terima kasih untuk semua pelajaran yang telah kamu berikan padaku, aku tidak tahu apakah suatu saat nanti aku akan bertemu denganmu lagi atau tidak. Yang jelas, kamu tidak perlu minta maaf dan mengakui kesalahanmu yang bahkan kamu pun tidak menyadarinya. Aku sudah ikhlas dan memaafkan segala kesalahamu, aku tahu Allah pasti memiliki alasan mengapa dia mempertemukan kamu dan aku. Aku berharap semoga kamu bahagia di mana pun kamu berada.