Jumat, 16 Oktober 2015

Don’t Ever Falling in Love with People You Just Met

          Mungkin menurut kalian ini merupakan tulisan yang terlalu berlebihan dan tekesan konyol. Apa pun komentar kalian tentang tulisan gue ini, gue gak peduli. Gue cuma ingin menceritakan dan berbagi apa yang telah terjadi di kehidupan gue pada tahun 2015 ini. Tulisan ini bercerita tentang pengalaman pribadi gue, dan tulisan ini tidak bermaksud untuk menyudutkan siapa pun.
          Hari itu merupakan hari pertama di tahun baru. Ya, hari itu tepat tanggal 01 Januari 2015. Hari di mana pertama kali gue mengenal seorang laki-laki yang belum pernah gue kenal sebelumnya. Laki-laki itu bernama AF, laki-laki kelahiran 18 Januari 1996 ini berasal dari Palembang yang sedang menetap di Yogyakarta. Gue baru sekali bertemu dan mengobrol langsung dengannya. Singkat cerita, gue dekat dan menjalin hubungan dengannya. Entah hubungan itu hanya sekadar teman, sahabat atau pasangan kekasih. gue sadar hubungan yang sedang kami jalani adalah hubungan tanpa status. Tetapi siapa peduli dengan sebuah status? selagi kami saling nyaman satu sama lain, gue pikir kami tidak perlu status dalam hubungan ini. 
          Hampir setiap hari kami menghubungi satu sama lain, baik melalui telefon atau sekedar mengirim pesan singkat. Kami selalu menanyakan kabar satu sama lain dan menceritakan bagaimana hari-hari kami berjalan setiap hari. AF merupakan laki-laki pertama yang bisa buat gue jatuh cinta karena sikap yang dia tunjukkan ke gue benar-benar manis. Dia seakan-akan tahu bagaimana seharusnya bersikap dengan seorang perempuan. Walaupun kita tinggal di provinsi yang berbeda, dia tetap memerhatikanku, menjadi penyemangatku dan juga menjadi pendengar yang baik. Hubungan kami berjalan lancar dan tidak ada yang aneh selama itu. Hingga akhirnya, dia mulai menunjukkan perubahan sikapnya ke gue. 
          Tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya, dia menghilang beberapa hari tanpa kabar. Telefon gue tidak dijawab, bahkan pesan singkat gue pun tidak dibalas olehnya. Gue merasa gelisah dan bertanya-tanya "Apa gue melakuan kesalahan?". Gue berusaha berpikiran positif dan menganggap bahwa dia sedang sibuk dengan urusannya di sana. Disaat gue sadar akan perubahan sikapnya, disaat itu juga gue sadar kalau gue benar-benar mencintainy. Gue bagaikan orang yang kehilangan arah, gue sangat takut kehilangannya, dan gue takut dia tidak bisa menemani gue lagi. Bersyukur akhirnya dia mengabari gue, dia memberitahu bahwa dia sedang sibuk dengan urusannya dan dia juga meminta untuk tidak berpikiran negatif padanya. Tentu saja gue percaya dengan laki-laki ini. Tetapi mulai dari itu, gue mulai merasa bingung dan menanyakan apa status hubungan kami sebenarnya?. 
         Jika memang hubungan kami hanya sebatas teman atau sahabat, tidak seharusnya gue menunjukkan sikap berlebihan seperti itu, sikap yang gue tunjukkan padanya itu layaknya sikap seorang kekasih yang sedang khawatir akan pasangannya. Hingga puncaknya pada tanggal 01 Februari 2015, gue tidak mengenal lagi seorang laki-laki yang dulu gue kenal. Tidak ada lagi AF yang baik, perhatian dan penyanyang. Yang gue lihat hanyalah AF yang cuek dan ketus dalam berbicara. Gue menyusun sebuah pertanyaan yang akan gue tanyakan padanya, gue memutuskan untuk menanyakan status hubungan kami sebenarnya. Ketika semua pertanyaan tersebut telah siap disusun, gue mencoba untuk menelfonnya. 
          Telefon pertama tidak dijawab, telefon kedua pun tidak dijawab. Hampir putus asa gue dibuatnya, lalu gue memutuskan untuk mengirim pesan singkat yang kira-kira seperti ini isinya.
IR: "Ada hal yang mau aku mau omongin sama kamu, tolong jawab telefonku sekali ini saja".
setelah pesan itu terkirim, beberapa menit kemudian aku mencoba untuk menelfonnya lagi. kalian tentu bisa menebaknya, bukan?
betul! AF menjawab telefon  gue dan dengan ketusnya dia menjawab telefon itu. kira-kira beginilah isi pembicaraanku dengan dia.

AF  : kenapa?
IR   : kamu ke mana, kok telefonku gak dijawab?
AF  : lagi tidur, kamu mau ngomong apa? (dengan ketusnya dia bertanya)
IR   : oke, aku mau ngomong sesuatu, dan tolong didengar baik-baik
AF  : yaudah
IR   : Ky, aku mau nanya. sebenernya hubungan kita ini apa sih? udah sebulan kita deket dan aku masih gak ngerti kita ini teman, sahabat, pacar, atau apa?
AF  : (hanya diam)
IR   : aku gak tahan kalo harus kaya gini terus, aku capek kalo harus berjuang sendirian...(disaat aku sedang melanjutkan omonganku tiba-tiba AF memotong dan berkata)
AF  : tapi aku udah punya pacar Na
IR   : hah? apa?
AF  : iya, aku udah punya pacar dan udah hampir dua tahun juga
IR   : lah terus selama ini kita apa Ky?
        kamu perhatian banget sama aku dan manggil aku sayang, maksudnya apa?
AF  : ya gak tau Na (dengan nada datar)

          Jika kalian berada di posisi gue saat itu, apa yang akan kalian lakukan?
marah, nangis, teriak, atau mencaci maki?
Jujur saja, hal yang saat itu bisa gue lakukan adalah menahan nangis, dan berusaha melawan sesak napas yang tiba-tiba datang. Itu pertama kalinya gue merasakan sakit hati yang rasanya benar-benar sakit. Ingin rasaya gue memaki diri sendiri dan menyalahkan keadaan. Bagaimana bisa gue jatuh cinta dengan seorang laki-laki yang sudah menjalin hubungan dengan perempuan lain dan sudah berjalan hampir dua tahun?. Hal pertama yang terlintas di pikiran gue adalah "kenapa ada orang sejahat ini?". 
          Telefon pun terputus tanpa ada permohonan maaf yang terucap dari mulutnya. Dia bertindak seolah-olah tidak melakukan kesalahan apa pun dan tidak pernah terjadi apa-apa antara kami berdua. Ya mungkin ini kesalahan gue, tidak seharusnya gue jatuh cinta dan dengan mudahnya percaya dengan laki-laki yang baru gue kenal. Genap sebulan kami menjalin hubungan tanpa status itu. Setelah kejadian paling menyakitkan dalam hidup gue itu terjadi, kami memutuskan untuk berhenti menghubungi satu sama lain. Tidak ada lagi pesan singkat dan telefon manis yang selalu menghiasi hari-hari gue. Semuanya berubah dengan kembalinya aku ke kehidupan gue yang datar. Gue selalu bertanya-tanya "Kenapa ya dia tega berbuat seperti itu?" "Kenapa dia tidak merasa bersalah sama sekali?" "Apa mungkin dari awal dia hanya menganggap gue sebagai teman biasa?". Segala pertanyaan bodoh selalu terlintas di pikiran gue setiap saat. Berbulan-bulan gue mencoba untuk melupakan dan memaafkannya, tetapi tetap saja semua perlakuan manis yang telah dia lakukan ke gue menghancurkan semuanya. Rasa sayang dan kangen itu masih kuat terasa, bukankah itu hal yang normal, kalau gue gak bisa melupakan seseorang yang gue cintai?. Gue bertanya-tanya akan keberadaannya sekarang, hingga akhirnya gue tahu di mana dia sekarang dan bagaimana kabarnya, setelah gue berteman dengannya di  Facebook
          Tepat di bulan kelima kami putus hubungan, gue berkomitmen pada diri gue sendiri. Gue memutuskan untuk memaafkan diri gue sendiri, karena bagaimana pun gue tidak sepenuhnya bersalah dalam masalah ini. gue juga memutuskan untuk melupakan setiap hal yang berkaitan dengannya dan berhenti berharap suatu saat dia akan sadar akan kesalahannya dan meminta maaf ke gue. Dari masalah ini gue banyak mengambil pelajaran, diantaranya gue belajar untuk menjadi perempuan yang lebih kuat dan dewasa, perempuan yang tidak mudah percaya dengan laki-laki yang baru dikenal, dan perempuan yang tidak mudah bawa perasaan apabila ada laki-laki yang bersikap baik dan ramah.
          Untuk AF yang dulu sempat menjadi seseorang yang sangat berarti buat gue, terima kasih untuk semua pelajaran yang telah kamu berikan padaku, aku tidak tahu apakah suatu saat nanti aku akan bertemu denganmu lagi atau tidak. Yang jelas, kamu tidak perlu minta maaf dan mengakui kesalahanmu yang bahkan kamu pun tidak menyadarinya. Aku sudah ikhlas dan memaafkan segala kesalahamu, aku tahu Allah pasti memiliki alasan mengapa dia mempertemukan kamu dan aku. Aku berharap semoga kamu bahagia di mana pun kamu berada.

3 komentar:

  1. Uh tayang tayang tayang :( wkwk.

    BalasHapus
  2. Gilaaakkk ada ya cowo kayak gitu. Gue kalo jadi lo udah marah-marah anjir, gue gak akan mau maafin cowok kayak gitu. Apansih kalo udah punya pacar kenapa deketin lu terus dengan manggil 'sayang' juga. Dude this is criminal, aarrgghh karma always with that bastard.

    BalasHapus