Sabtu, 24 Oktober 2015

Autisme Bukan Penyakit Jiwa

Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Oleh karena itu tidak heran jika anak yang mengidap autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku.
Karakteristik yang menonjol pada seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun memahami emosi serta perasaan orang lain. Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian dari Kelainan Spektrum Autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD) dan juga merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung Gangguan Perkembangan Pervasif atau Pervasive Development Disorder (PDD). Autisme bukanlah penyakit kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang autisme.
Gejala-gejala autisme dapat muncul pada anak mulai dari usia tiga puluh bulan sejak kelahiran hingga usia maksimal tiga tahun. Penderita autisme juga dapat mengalami masalah dalam belajar, komunikasi, dan bahasa. Seseorang dikatakan menderita autisme apabila mengalami satu atau lebih dari karakteristik berikut: kesulitan dalam berinteraksi sosial secara kualitatif, kesulitan dalam berkomunikasi secara kualitatif, menunjukkan perilaku yang repetitif, dan mengalami perkembangan yang terlambat atau tidak normal.
            Berikut merupakan ciri-ciri anak pengidap autisme dari berbagai bidang:
·        Komunikasi
-         Berbicara namun sangat terbatas,
-         Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada,
-         Kesulitan mengekspresikan keinginan dan kebutuhan dasar,
-         Kurang dapat menyusun kosa kata,
-         Mengulangi apa yang dikatakan (echolalia),
-        Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa,
-         Kesulitan menjawab pertanyaan.
·        Keterampilan sosial
-         Kontak mata buruk dengan orang atau benda,
-         Terlalu fokus pada suatu topik atau benda yang menarik perhatian mereka,
-         Menangis, marah, bahkan tertawa tanpa alasan yang diketahui,
-         Menyukai sentuhan dan pelukan.
·        Reaksi terhadap lingkungan sekitar
-        Gerakan tangan goyang, mengepakkan atau bergerak tanpa disadari,
-         Tidak memerhatikan hal-hal yang didengar atau dilihat,
-         Tidak takut terhadap bahaya nyata,
-        Kesulitan makan (hanya menerima makanan yang dipilih dan menolak makanan dengan tekstur tertentu),
-         Kesulitan tidur.
Di antara gangguan-gangguan yang terjadi pada anak pengidap autisme, kesulitan dalam bidang komunikasi merupakan kesulitan mendasar yang sangat berpengaruh dalam kehidupan anak yang mengidap autisme. Dikutip dari http://psikologiforensik.com/2013/08/27/perilaku-komunikasi-anak-dengan-autisme/ dalam perkembangan komunikasi, usaha awal memahami informasi dari lingkungan dimulai dengan informasi sensoris (rasa, sentuh, bau, lihat, dengar). Dalam tahapan awal komunikasi anak belajar mengembangkan keahlian awal komunikasi (precursor skills), yaitu: fokus dan atensi, pemusatan perhatian bersama (joint attention), menunjuk dan penggunaan gerak tubuh (gestural).
  1. Atensi: kemampuan fokus pada detail tertentu dan mengabaikan bagian lainnya, contohnya: anak akan fokus pada wajah ibunya di antara wajah-wajah orang lain dalam suatu kerumunan.
  2. Pemusatan perhatian bersama: fokus bersama-sama dengan orang lain atas suatu obyek atau aktivitas. Hal ini dilakukan dengan mengamati gerak tatapan mata orang lain yang mengikuti suatu obyek. Contohnya: ketika anak bermain kucing peliharaan bersama orang tuanya, mata keduanya akan bergerak bersama mengikuti gerak kucing tersebut. Dari kemampuan pemusatan perhatian bersama inilah anak dapat mengembangkan kemampuan belajar mengamati orang lain.
  3. Gerak tubuh: gerak tubuh banyak digunakan manusia untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya. Contohnya: anak akan menunjuk mainan yang diinginkannya yang berasa di atas lemari dan tidak dapat dijangkaunya, hal ini dilakukan agar orang tua mau mengambilkannya.
Ketiga hal ini menjadi bagian dasar penyusun kemampuan komunikasi, karena dari ketiga proses ini anak mulai memahami informasi dari dunianya, serta juga memahami bahwa perspektif orang lain dapat berbeda dari apa yang mereka miliki. Selanjutnya, anak akan mengembangkan kemampuan komunikasi yang lebih kompleks seperti: meminta bantuan, negosiasi, memberikan komentar, serta komunikasi sosial.
Berbeda dengan anak normal lainnya, pada anak pengidap autisme, kekhasan perkembangan yang biasanya muncul adalah terlambatnya atau munculnya persoalan dalam perkembangan komunikasi. Hal ini terjadi karena lemahnya proses belajar imitasi atau meniru dari orang lain. Bahasa pada umumnya dipelajari anak dari meniru orang dewasa di sekitarnya. Karena sulit atau tidak bisa meniru maka perkembangan bahasa dan bicaranya menjadi kurang optimal.
Anak dengan autisme juga akan menunjukkan kesulitan untuk mengembangkan percakapan interaktif. Hal ini terjadi karena gejala autisme membuat mereka kesulitan memahami dan memprediksi pikiran dan perasaan orang lain. Mereka menganggap suatu usaha diadik (dyadic) atau proses berganti mendengarkan dan menjelaskan adalah sangat sulit dilakukan. Mereka tidak tahu mana yang harus fokus didengarkan dan bagaimana cara merespon balik pembicaraan rekan bicaranya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar