Autisme berasal dari kata auto yang
berarti sendiri. Oleh karena itu tidak heran jika anak yang mengidap autisme
seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah
gangguan perkembangan yang memengaruhi interaksi sosial, komunikasi, dan
perilaku.
Karakteristik yang menonjol pada
seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina
hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun
memahami emosi serta perasaan orang lain. Autisme
merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian
dari Kelainan Spektrum Autisme atau Autism Spectrum Disorders
(ASD) dan juga merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah
payung Gangguan Perkembangan Pervasif atau Pervasive
Development Disorder (PDD). Autisme bukanlah penyakit
kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi
selayaknya otak normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang
autisme.
Gejala-gejala autisme dapat muncul
pada anak mulai dari usia tiga puluh bulan sejak kelahiran hingga usia maksimal
tiga tahun. Penderita autisme juga dapat mengalami masalah dalam belajar, komunikasi,
dan bahasa. Seseorang dikatakan menderita autisme apabila mengalami satu
atau lebih dari karakteristik berikut: kesulitan dalam berinteraksi sosial
secara kualitatif, kesulitan dalam berkomunikasi secara kualitatif, menunjukkan
perilaku yang repetitif, dan mengalami perkembangan yang terlambat atau tidak
normal.
Berikut merupakan ciri-ciri anak
pengidap autisme dari berbagai bidang:
·
Komunikasi
-
Berbicara namun sangat terbatas,
-
Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada,
-
Kesulitan mengekspresikan keinginan dan
kebutuhan dasar,
-
Kurang dapat menyusun kosa kata,
-
Mengulangi apa yang dikatakan
(echolalia),
- Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal)
atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa,
-
Kesulitan menjawab pertanyaan.
·
Keterampilan sosial
-
Kontak mata buruk dengan orang atau
benda,
-
Terlalu fokus pada suatu topik atau
benda yang menarik perhatian mereka,
-
Menangis, marah, bahkan tertawa tanpa
alasan yang diketahui,
-
Menyukai sentuhan dan pelukan.
·
Reaksi terhadap lingkungan sekitar
- Gerakan tangan goyang, mengepakkan atau
bergerak tanpa disadari,
-
Tidak memerhatikan hal-hal yang didengar
atau dilihat,
-
Tidak takut terhadap bahaya nyata,
- Kesulitan makan (hanya menerima makanan
yang dipilih dan menolak makanan dengan tekstur tertentu),
-
Kesulitan tidur.
Di antara gangguan-gangguan
yang terjadi pada anak pengidap autisme, kesulitan dalam bidang komunikasi
merupakan kesulitan mendasar yang sangat berpengaruh dalam kehidupan anak yang
mengidap autisme. Dikutip dari http://psikologiforensik.com/2013/08/27/perilaku-komunikasi-anak-dengan-autisme/
dalam perkembangan komunikasi, usaha awal memahami informasi dari lingkungan
dimulai dengan informasi sensoris (rasa, sentuh, bau, lihat, dengar). Dalam
tahapan awal komunikasi anak belajar mengembangkan keahlian awal komunikasi (precursor
skills), yaitu: fokus dan atensi, pemusatan perhatian bersama (joint
attention), menunjuk dan penggunaan gerak tubuh (gestural).
- Atensi: kemampuan fokus pada detail tertentu dan
mengabaikan bagian lainnya, contohnya: anak akan fokus pada wajah ibunya
di antara wajah-wajah orang lain dalam suatu kerumunan.
- Pemusatan perhatian bersama: fokus bersama-sama
dengan orang lain atas suatu obyek atau aktivitas. Hal ini dilakukan
dengan mengamati gerak tatapan mata orang lain yang mengikuti suatu obyek.
Contohnya: ketika anak bermain kucing peliharaan bersama orang tuanya,
mata keduanya akan bergerak bersama mengikuti gerak kucing tersebut. Dari
kemampuan pemusatan perhatian bersama inilah anak dapat mengembangkan
kemampuan belajar mengamati orang lain.
- Gerak tubuh: gerak tubuh banyak digunakan manusia
untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya. Contohnya: anak akan
menunjuk mainan yang diinginkannya yang berasa di atas lemari dan tidak
dapat dijangkaunya, hal ini dilakukan agar orang tua mau mengambilkannya.
Ketiga hal ini menjadi bagian dasar penyusun kemampuan
komunikasi, karena dari ketiga proses ini anak mulai memahami informasi dari
dunianya, serta juga memahami bahwa perspektif orang lain dapat berbeda dari
apa yang mereka miliki. Selanjutnya, anak akan mengembangkan kemampuan
komunikasi yang lebih kompleks seperti: meminta bantuan, negosiasi, memberikan
komentar, serta komunikasi sosial.
Berbeda dengan anak
normal lainnya, pada anak pengidap autisme, kekhasan perkembangan yang biasanya
muncul adalah terlambatnya atau munculnya persoalan dalam perkembangan
komunikasi. Hal ini terjadi karena lemahnya proses belajar imitasi atau meniru
dari orang lain. Bahasa pada umumnya dipelajari anak dari meniru orang dewasa
di sekitarnya. Karena sulit atau tidak bisa meniru maka perkembangan bahasa dan
bicaranya menjadi kurang optimal.
Anak dengan autisme juga akan menunjukkan kesulitan untuk mengembangkan
percakapan interaktif. Hal ini terjadi karena gejala autisme membuat mereka
kesulitan memahami dan memprediksi pikiran dan perasaan orang lain. Mereka
menganggap suatu usaha diadik (dyadic) atau
proses berganti mendengarkan dan menjelaskan adalah sangat sulit dilakukan.
Mereka tidak tahu mana yang harus fokus didengarkan dan bagaimana cara merespon
balik pembicaraan rekan bicaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar