Salah satu cara yang ditempuh manusia purba untuk mendapatkan makanan
adalah dengan berburu. Di masa lalu, para pendahulu manusia modern ini
melakukan perburuan besar-besaran untuk mendapatkan daging yang akhirnya
dimakan mentah atau dibakar. Sayangnya, tradisi berburu ini lambat laun mulai ditinggalkan
karena manusia sudah mulai bisa beternak dan melakukan perladangan.
Meski jarang sekali dilakukan, beberapa suku yang ada di Indonesia masih
ada yang melakukan kebiasaan berburu ini. Semua orang berbondong-bondong ke
hutan untuk menangkap babi hutan yang sering merusak kebun dan sawah. Perburuan
yang awalnya hanya digunakan untuk penyelamatan lahan akhirnya berubah menjadi
tradisi yang menjadi identitas suku tersebut. Berikut ulasan selengkapnya
tentang tradisi berburu di Indonesia yang jenisnya sangat banyak itu.
1. Berburu Babi di Minang, Sumatra Barat
Orang Minang di Sumatra Barat memiliki tradisi berburu yang konon sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Perburuan ini dilakukan untuk mengusir atau pun menangkap babi hutan yang kerap merusak ladang hingga panen yang besar tidak bisa terjadi. Akhirnya, banyak orang Minang memilih memburu babi itu untuk dijual, dibunuh, diadu atau pun dibiarkan untuk makanan anjing.
Perburuan biasanya dilaksanakan dengan membawa ajak atau sejenis anjing
hutan yang sangat gesit. Anjing-anjing ini akan bertugas sebagai penggiring
atau pun melukai babi agar bisa ditangkap dengan mudah. Sebelum melakukan
perburuan, biasanya para penduduk akan mengumpulkan uang secara swadaya sebelum
melakukan perburuan. Uang ini akan digunakan untuk merawat anjing terluka atau
mengganti rugi sawah yang rusak karena diinjak-injak.
2. Berburu Babi di Sentani, Papua
Perburuan babi hutan juga dilakukan di Sentani khususnya yang berasal dari Suku Ayapo. Dalam hari-hati tertentu, semua warga laki-laki akan bergotong-royong masuk ke hutan untuk melakukan perburuan yang bernama Elha. Perburuan ini dilakukan untuk mempererat rasa persatuan serta menjadi simbol kejantanan dan keberanian kaum pria dari suku tersebut.
Sebelum melakukan perburuan, biasanya orang-orang di Suku Ayapo akan
melakukan musyawarah. Hal ini dilakukan untuk menentukan arah perburuan dan
juga membagi penduduk menjadi 2 kelompok. Biasanya kelompok pertama adalah
mereka yang bekerja sebagai penggiring lalu selanjutnya bekerja sebagai
pengesekusi. Saat babi hutan berhasil didapatkan, hewan itu akan segera
disembelih lalu dimakan bersama-sama.
3. Berburu Paus di Lamalera, NTT
Berbeda dengan babi utan yang merupakan hama, paus merupakan hewan yang dilindungi. Itulah mengapa tradisi berburu paus di Desa Lamalera kerap menuai banyak sekali protes. Meski mendapatkan banyak sekali protes, warga Lamalera tetap menjalankan tradisi yang telah ada sejak abad ke-16. Bahkan banyak penduduk percaya bahwa nenek moyang mereka dibawa oleh ikan paus biru.
Setiap tahun di bulan Mei-Agustus, segerombolan pria dari desa ini akan
melaksanakan tradisi unik ini. Mereka akan pergi ke lautan dengan membawa
perahu bernama peledang. Pria yang tergolong terkuat di desa akan bertindak
sebagai lama fa atau penombak paus. Saat perburuan paus berlangsung dengan
baik, daging hewan ini akan dibagi merata ke seluruh penjuru desa. Selain itu
sisanya akan dijual untuk membantu perekonomian desa.
4. Berburu Babi dan Rusa di Flores, NTT
Nusa Tenggara Timur tak hanya dikenal dengan tradisi berburu pausnya. Di
beberapa daerah seperti Manggarai, Flores juga dikenal dengan tradisi berburu
di hutan. Ada tiga jenis perburuan yang dilakukan di sana, pertama adalah
ndalak yang merupakan perburuan di malam hari. Lalu ada napat yaitu perburuan
di siang hari. Selanjutnya ada wonok yang merupakan perburuan besar-besaran.
Setelah berburu, biasanya hewan yang didapatkan akan dibagi merata kepada
semua yang ikut. Pemilik anjing penggiring yang berhasil menombak akan
mendapatkan separuh hasil buruan. Selanjutnya daging akan dibagi merata dan
disantap bersama-sama. Tradisi berburu di Flores ini lambat laut menurun
setelah banyak anjing terkena rabies dan generasi muda enggan bersusah payah
datang ke hutan. Jika Anda masih ingin melihat perburuan ini datanglah ke Desa
Wae Rebo.
5. Berburu Babi di Bengkulu Tengah,
Bengkulu
Masyarakat di Bengkulu juga mengenal perburuan babi hutan yang diadakan beberapa kali dalam setahun. Biasanya cara perburuan babi hutan dilakukan secara massal hingga ada 700-an anjing untuk memburu. Selanjutnya pemilik anjing akan mengikuti anjing yang mencari babi untuk dikepung lalu dilumpuhkan sebelum akhirnya dibawa oleh mobil pickup.
Perburuan ini biasanya di bagi menjadi beberapa kelompok yang menyebar ke
seluruh penjuru hutan. Sementara anjing terus membaui babi hutan, pemilik akan
menyisir bagian tepi hutan untuk mencari kemungkinan ada babi bersembunyi. Saat
satu babi ketemu, puluhan anjing akan mengepung atau bahkan mengeroyoknya.
Dalam beberapa kejadian sering ada anjing yang meninggal akibat serangan babi
hutan.
Inilah lima tradisi berburu yang masih dipraktikkan oleh suku-suku di
Indonesia. Tradisi ini adalah simbol gotong-royong yang dilakukan oleh para
penduduk dalam menghadapi suatu masalah. Meski sebenarnya tradisi ini sangat
berisiko tinggi, semua penduduk tetap melakukannya dengan sangat gembira.
Source:
http://terselubung.in/5-tradisi-berburu-yang-masih-dipraktikkan-suku-suku-di-indonesia/3/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar