Senin, 18 Juli 2016

Analisis Psikologi di Balik Demam Pokemon Go

Analisis Psikologi di Balik Demam Pokemon Go


Permainan Pokemon Go meski belum sebulan dirilis tetapi sudah menjadi fenomena sosial di dunia. Pemainnya yang datang dari semua kalangan membuat Niantic selaku pengembang beberapa kali kewalahan karena servernya tak mampu menampung kapasitas pemain.

Apa yang membuat permainan begitu sangat mudah diterima? Ahli Pamela Rutledge dari Media Psychology Research Center Amerika Serikat mencoba menganalisisnya dan mengatakan ada berbagai faktor yang mungkin terlibat.

Pertama dari teknologi itu sendiri, Pokemon Go adalah permainan pertama yang berhasil sukses memanfaatkan teknologi augmented reality. Orang-orang dapat melihat dan merasa dekat dengan karakter yang ada di dalam game.

Kedua yang membuat Pokemon Go berbeda dengan permainan pada umumnya adalah ia menyinggung beberapa kebutuhan psikologis manusia. Perlunya bersosialisasi dengan orang lain, jalan-jalan, lalu berkompetisi semua didorong untuk pemain-pemainnya.

Rutledge mengatakan aktif secara fisik karena bermain ini lah yang kemudian bisa berdampak juga untuk psikologis. Studi menyebut dengan bergerak aktif dan berinteraksi dengan orang lain (sesama pemain) meski hanya sedikit punya dampak positif memperbaiki suasana hati.

"Salah satu fitur dari permainan ini adalah memungkinkan Anda untuk mengubah keluhan utama dari permainan secara umum: membuat malas bergerak dan mengisolasi orang-orang," kata Rutledge seperti dikutip dari Live Science, Minggu (17/7/2016).

Namun demikian psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi mengatakan Pokemon Go tidak cocok untuk anak-anak. Alasannya karena tanpa kendali diri yang baik akan mudah untuk terlena permainan dan menjadi kecanduan.

Selain itu butuh juga kemampuan multitasking agar bisa bermain sambil tetap fokus dengan lingkungan sekitar.

"Kita harus tahu kapan main atau kapan setop. Misalnya pada anak yang kontrol dirinya kurang, di sekolah terus tahu-tahu keluar aja gitu dari sekolah, kan bahaya," tutur Ratih.


Source:
http://health.detik.com/read/2016/07/17/091425/3254994/763/analisis-psikologi-di-balik-demam-pokemon-go

Tidak ada komentar:

Posting Komentar